One stop search, watch and play

Sign My iBook:

Search This Blog

Browse This Website In:

Bookmarking Us:

email : nyengnyeng@yahoo.co.id or nu2pramudya@Gmail.com

Rabu, 29 Desember 2010

Surat Untuk Firman Utina


Ketika Timnas Indonesia bermain dengan sangat bagusnya
tiba-tiba dunia maya dihebohkan dengan adanya
'Surat untuk Firman Utina'
penulisnya ada seorang novelis Eddri Sumitra Biasa atau ES Itto
karyanya yang terbit adalah :
'Negara Kelima' dan 'Rahasia Meede'

isinya sangat Indah... dan sesuai dengan hati nuraniku bangets...
tentang negeri ini, Indonesiaku...
tentang arti 'menang' sesungguhnya...

inilah isi surat tersebut :



Kawan, kita sebaya. 
Hanya bulan yang membedakan usia. Kita tumbuh di tengah sebuah generasi dimana tawa bersama itu sangat langka. Kaki kita menapaki jalan panjang dengan langkah payah menyeret sejuta beban yang seringkali bukan urusan kita. Kita disibukkan dengan beragam masalah yang sialnya juga bukan urusan kita. Kita adalah anak-anak muda yang dipaksa tua oleh televisi yang tiada henti mengabarkan kebencian. Sementara adik-adik kita tidak tumbuh sebagaimana mestinya, narkoba politik uang membunuh nurani mereka. Orang tua, pendahulu kita dan mereka yang memegang tampuk kekuasaan adalah generasi gagal. Suatu generasi yang hidup dalam bayang-bayang rencana yang mereka khianati sendiri. 
Kawan, akankah kita berhenti lantas mengorbankan diri kita untuk menjadi seperti mereka?

Di negeri permai ini, cinta hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Kita tidak pernah mencintai apapun yang kita lakukan, kita hanya ingin mendapatkan hasilnya dengan cepat. Kita tidak mensyukuri berkah yang kita dapatkan, kita hanya ingin menghabiskannya. Kita enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan kita. Kawan, inilah kenyataan memilukan yang kita hadapi, karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka. Bayangkan adik-adik kita, lupakan mereka yang tua, bagaimana mereka bisa tumbuh dalam keadaan demikian. 

Kawan, cinta adalah persoalan kegemaran. Cinta juga masalah prinsip. Bila kau mencintai sesuatu maka kau tidak akan peduli dengan yang lainnya. Tidak kepada poster dan umbul-umbul, tidak kepada para kriminal yang suka mencuci muka apalagi kepada kuli kamera yang menimbulkan kolera. Cinta adalah kesungguhan yang tidak dibatasi oleh menang dan kalah.

Hari-hari belakangan ini keadaan tampak semakin tidak menentu. Keramaian puluhan ribu orang antre tidak mendapatkan tiket. Jutaan orang lantang bersuara demi sepakbola. Segelintir elit menyiapkan rencana jahat untuk menghancurkan kegembiraan rakyat. Kakimu, kawan, telah memberi makna solidaritas. Gocekanmu kawan, telah mengundang tarian massal tanpa saweran. Terobosanmu, kawan, menghidupkan harapan kepada adik-adik kita bahwa masa depan itu masih ada. Tendanganmu kawan, membuat orang-orang percaya bahwa kata “bisa” belum punah dari kehidupan kita. Tetapi inilah buruknya hidup di tengah bangsa yang frustasi, semua beban diletakkan ke pundakmu. Seragammu hendak digunakan untuk mencuci dosa politik. Kegembiraanmu hendak dipunahkan oleh iming-iming bonus dan hadiah. Di Bukit Jalil kemarin, ada yang mengatakan kau terkapar, tetapi aku percaya kau tengah belajar. Di Senayan esok, mereka bilang kau akan membalas, tetapi aku berharap kau cukup bermain dengan gembira.

Firman Utina, kapten tim nasional sepak bola Indonesia, bermain bola lah dan tidak usah memikirkan apa-apa lagi. Sepak bola tidak ada urusannya dengan garuda di dadamu, sebab simbol hanya akan menggerus kegembiraan. Sepak bola tidak urusannya dengan harga diri bangsa, sebab harga diri tumbuh dari sikap dan bukan harapan. Di lapangan kau tidak mewakili siapa-siapa, kau memperjuangkan kegembiraanmu sendiri. Di pinggir lapangan, kau tidak perlu menoleh siapa-siapa, kecuali Tuan Riedl yang percaya sepak bola bukan dagangan para pecundang. 
Berlarilah Firman, Okto, Ridwan dan Arif, seolah-olah kalian adalah kanak-kanak yang tidak mengerti urusan orang dewasa. 
Berjibakulah Maman, Hamzah, Zulkifli dan Nasuha seolah-olah kalian mempertahankan kegembiraan yang hendak direnggut lawan. 
Tenanglah Markus, gawang bukan semata-mata persoalan kebobolan tetapi masalah kegembiraan membuyarkan impian lawan. 
Gonzales dan Irvan, bersikaplah layaknya orang asing yang memberikan contoh kepada bangsa yang miskin teladan.

Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penggocek bola. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan Piala darimu. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tidak, kami tidak butuh piala, bermainlah dengan gembira sebagaimana biasanya. Biarkan bola mengalir, menarilah kawan, urusan gol seringkali masalah keberuntungan. Esok di Senayan, kabarkan kepada seluruh bangsa bahwa kebahagiaan bukan urusan menang dan kalah. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Berjuanglah layaknya seorang laki-laki, kawan. Adik-adik kita akan menjadikan kalian teladan!

surat ini maknanya begitu dalam...
tapi sebenarnya bukan untuk Timnas Saja
tapi menurutku ini adalah sebuah pembelajaran bagi kita, warga negeri ini...
agar tak berhenti untuk berusaha
agar siap untuk menerima jika kalah
agar mampu menghargai sebuah perjuangan, bukan hanya sebuah perjuangan para pahlawan rumput hijau
tetapi pahlawan - pahlawan dimasa lalu yang telah memperjuangkan negeri ini...

dalam surat tersebut dicerminkan bagaimana muka bangsa ini

Sebenarnya aku juga berharap
setelah pulang nanti semua bangsa Indonesia ini adalah satu
itulah Indonesia yang kurindukan
pejabat, artis, pemulung, pengemis, pengusaha, pedagang asongan
membaur jadi INDONESIA

sudahlah,
jangan lagi ada perpecahan...

pada dasarnya Indonesia ini sudah menang kok
memenangkan persatuan indonesia yang disaksikan oleh SGBK yang bisu
sama seperti harapan-harapan pemain Indonesia dalam account twitternya:
Bambang Pamungkas : "Kami memang tidak juara, akan tetapi semoga kami mampu memenangkan hati rakyat Indonesia"
Arif Suyono : "aku rindu persaudaran d gbk,dmn tawa pemimpin kt n pedagang asongan melebur jadi satu...sesuai smboyan bangsa..bhineka tunggal ika..."
Okto Maniani : "Penghormatan sebesar2nya utk para suporter yg sangat luar biasa mendukung kami.Terima kasih tmn2,mohon maaf kami blm bs memberi yg terbaik"

dan akhirnya yang baik pasti menang
Selamat Untuk Firman Utina atas terpilih sebagai Best Player - Pemain Terbaik  AFF 2010



Semangat INDONESIA !!!
kita akan berjuang bersama sampai habis nafas ini...

Tidak ada komentar:

loggo

Free Shoutbox Technology Pioneer